Wanita Orgasme
(Ilustrasi Istimewa)
Salah satu faktor sosiokultural yang mempengaruhi perilaku
seksual ialah peranan jenis kelamin (gender) dalam hal seksualitas yang berlaku
di suatu masyarakat.
Boleh jadi, di suatu masyarakat status sosial perempuan
berada jauh di bawah pria, tetapi tidak demikian dalam hal seksualitas. Sebagai
contoh, di Mangaia, sebuah pulau kecil Polynesia di Pasifik Selatan.
Menurut Pakar Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, Denpasar, Bali Prof. Wimpie Pangkahila Sp.And sangat
mungkin di pulau itu kesetaraan gender dalam banyak aspek kehidupan tidak ada,
yang berarti masih menempatkan pria di atas perempuan. Tetapi tidak dalam
urusan seksual. Di daerah itu, kesenangan seksual harus dirasakan oleh setiap
orang, tidak membedakan pria maupun perempuan. Akibatnya kurang dari satu
persen anak perempuan, dan lebih sedikit lagi anak laki-laki, yang tidak
mempunyai pengalaman seksual pranikah.
Kepasifan seksual perempuan dianggap aneh bagi orang Mangaia,
dan keintiman seksual tidak memerlukan pembinaan hubungan pribadi sebelumnya.
Karena itu anak perempuan diharapkan belajar mencapai orgasme pada usia muda.
Meskipun pengalaman seksual pertama didapat dengan anak laki-laki seusia,
tetapi mereka segera menginginkan hubungan seksual dengan orang yang lebih tua
dan berpengalaman agar dapat memberikan kepuasan seksual yang lebih.
Jadi semua perempuan Mangaia belajar mencapai orgasme. Maka
mereka merasa aneh kalau mengetahui banyak perempuan di luar masyarakat mereka
yang mengalami hambatan dan tidak dapat mencapai orgasme.
No comments:
Post a Comment